TUGAS BAHASA INDONESIA 2
Materi yang dibahas :
1. Pengertian Penalaran
2. Proposisi
3. Inferensi dan Implikasi
4. Wujud Evidensi
5. Cara Menguji Data
6. Cara Menguji Fakta
7. Cara Memilih Authoritas
PENALARAN
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Creighton
(1973) dalam suatu artikel di Encyclopedia Americana : penalaran adalah proses
mental untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran baru berdasarkan sesuatu
yang sudah diketahui (dalam Waluyo, 1991: 12-13).
Jenis Penalaran
Menurut
prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua.
1. Penalaran
Induktif
Proses
berfikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
Generalisasi
Generalisasi
ialah proses berfikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan
sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian
dari gejala serupa. Misalnya orang Indonesia peramah, apakah generalisasi itu
sah? Untuk membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut.
a. Cukup
Memadai
Artinya gejala-gejala
khusus/sampel yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukupi
jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka generalisasi itu akan menjadi
terlalu luas. Gejala yang diamati perlu dilihat jenisnya; apakah homogen atau
heterogen. Sampel untuk gejala yang bersifat homogen tidak perlu terlalu
banyak, misalnya untuk menguji produksi minyak goreng dalam suatu hari, cukup
diteliti beberapa gram saja. Sebaliknya, semakin heterogen suatu populasi
semakin banyak sampel yang perlu diteliti.
b. Cukup
Mewakili
Artinya sampel meliputi
seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili
populasi, misalnya di suatu fakultas yang terdiri atas tiga program studi,
terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2, 3, 4. Sampel yang mewakili
haruslah diambil dari keseluruhan kelas yang ada.
c. Kekecualian
Jika kesimpulan umum
terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil generalisasi. Dalam hal
ini, hindari kata-kata setiap, semua; gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata-rata,
pada mayoritas yang teliti, dan sebagainya. Jika menggunakan bahasa kuantitatif
langsung saja menyatakan prosentase data yang diteliti.
Berikut
syarat-syarat generalisasi ilmiah yang lebih mementingkan keabsahan metode yang
digunakan, yaitu
·
Data dikumpulkan melalui observasi yang
cermat, pencatatan dilakukan dengan tepat, teliti, menyeluruh dan terbuka
terhadap pengujian lain
·
Menggunakan instrumen yang tepat untuk
mengukur dan mendapatkan data
·
Melaksanakan pengujian, perbandingan,
dan klasifikasi data
·
Pernyataan generalisasi jelas,
sederhana, menyeluruh, padat, dan sistematis
·
Hasil observasi dirumuskan dengan
mempertimbangkan variasi waktu, tempat, dan keadaan lainnya
·
Dipublikasi untuk dapat diuji, dikritik,
dan dites.
Analogi
Analogi
induktif ialah proses berfikir untuk menarik kesimpulan/inferensi tentang
kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang
memiliki sifat-sifat/ciri-ciri esensial penting yang bersamaan. Yang
diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan
benar-benar memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting yang berhubungan
erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh
:
Kesimpulan
beberapa ilmuan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak
manusia berdasarkan kesamaan yang terdapat pada sistem percernaan anak kera
dengan anak manusia. Kesimpulan ini sah, karena dasar kesimpulannya (sistem
pencernaan) merupakan ciri esensial yang berhubungan dengan kesimpulan (cara
memberi makan).
Selain
analogi induktif, dalam tulis-menulis dikenal juga analogi deklaratif, yaitu
teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang telah diketahui
sebelum memperkenalkan hal yang baru, yang mempunyai kesamaan dengan hal di
atas.
Contoh
:
Ilmu
pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh
batu-batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak
semua kumpulan batu itu rumah.
Sebab-akibat
Prinsip
umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada
penyebabnya. Terdapat tiga pola hubungan sebab akibat :
a.
Penalaran dari sebab ke akibat; dimulai
dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan
mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.
Contoh:
Anda seorang diri tinggal
di sebuah kamar sewa dengan penerangan lampu listrik. Pada libur akhir
semester, Anda tinggal di rumah orang tua selama satu bulan. Sepulang liburan,
Anda baru sadar bahwa sebelum berangkat liburan Anda tidak mematikan lampu
kamar. Dari kenyataan ini, Anda menarik kesimpulan bahwa Anda akan membayar
uang langganan listrik lebih tinggi dari pada bulan-bulan sebelumnya.
b.
Penalaran dari akibat ke sebab; dimulai
dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang mungkin menjadi
penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost
facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebab kematian,
kecelakaaan, proses peradilan, dan cerita detektif.
Contoh:
Anda pergi ke dokter
dengan keluhan sakit kepala. Gejala sakit kepala ini akibat dari sesuatu.
Pekerjaan dokter akan menemukan penyebab dan memberikan pengobatan yang tepat.
c.
Penalaran dari akibat ke akibat; berpangkal
dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab
umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Contoh:
Ketika pulang kuliah,
Anda melihat jalan-jalan basah dan becek. Anda segera menarik kesimpulan bahwa
pakaian Anda yang dijemur di luar tentu basah. Pakaian basah bukan disebabkan
oleh tanah yang basah dan becek. Kedua gejala tersebut disebabkan oleh hal yang
tidak Anda pikirkan yaitu hujan.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif
bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Jika kita
mengetahui S, sedangkan P adalah bagian dari S, maka dapat ditarik kesimpulan
tentang P. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan
pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran
deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.
1)
Silogisme
Silogisme adalah cara
berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita
menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X,
sebenarnya dapat dibentuk secara formal, yaitu
a.
Semua yang melanggar peraturan X akan
dihukum.
b.
Ia melanggar peraturan X.
c.
Ia dihukum
2)
Entimem
Dalam kehidupan
sehari-hari, sologisme yang kita temukan bebrbentuk entimem, yaitu silogisme
yang salah satu premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa
karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat
dipenggal menjadi dua.
1.
Menipu adalah dosa.
2.
Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan
kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus).
Materi mengenai Deduktif, Silogisme dan Entimem akan dibahas
lebih lanjut pada tugas ke tiga.
Ciri- ciri Penalaran
1.
Dilakukan dengan sadar
2.
Didasarkan atas sesuatu yang sudah
diketahui
3.
Sistematis
4.
Terarah, bertujuan
5.
Menghasilkan kesimpulan berupa
pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6.
Sadar tujuan
7.
Premis berupa pengalaman atau pengetahuan,
bahkan teori yang telah diperoleh
8.
Pola pemikiran tertentu
9.
Sifat empiris rasional
PROPOSISI
Pengertian Proposisi
Dalam
proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta. Hubungan itu diungkapkan
dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan/kalimat berita. Kalimat yang berisi
pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat
benar dan salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung
pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah.
Dalam berfikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari pemikiran yang
mengandung maksud sempurna.
Perhatikan
sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu
merupakan kalimat pernyataan/berita. Sebab kalimat tanya, kalimat perintah,
kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.
Contoh
:
1. Bahasa
adalah sarana penalaran.
2. Sifat
kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
3. Bagaimana
peranan bahasa dalam proses penalaran ?
4. Semoga
saja penelitian ini berhasil.
Kalimat 1 dan 2 merupakan proposisi,
kalimat 3 dan 4 bukan proposisi.
Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah
bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen. Sedangkan penalaran adalah
arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitektur yang
baik akan menghasilkan bangunan yang baik pula. Demikian juga dalam penalaran,
dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan kesimpulan
yang benar.
Unsur-unsur dalam Proposisi
§
Term subjek : hal tentang pengakuan atau pengingkaran
ditujukan. Term subjek dalam sebuah proposisi disebut subjek logis.
§
Term predikat : isi pengakuan atau pengingkaran
§
Kopula : menghubungkan term subjek dan term predikat
Jenis-jenis Proposisi
1) Proposisi berdasarkan
bentuk
·
Proposisi tunggal, merupakan proposisi yang terdiri
atas satu subjek dan satu predikat.
·
Proposisi majemuk, merupakan proposisi yang terdiri
atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
2) Proposisi berdasarkan
sifat
·
Proposisi kategorial, proposisi yang hubungan subjek
dan predikatnya tidak memerlukan syarat apapun.
·
Proposisi kondisional, proposisi yang pada hubungan
subjek dan predikatnya memerlukan syarat tertentu.
3) Proposisi berdasarkan
kualitas
·
Proposisi positif atau afirmatif, merupakan proposisi
yang predikatnya membenarkan subjek.
·
Proposisi negative, merupakan proposisi yang
predikatnya tidak mendukung atau tidak membenarkan subjek.
4) Proposisi berdasarkan
kuantitas
·
Proposisi umum (universal), adalah proposisi dimana
predikat mendukung atau mengingkari semua subjek.
·
Proposisi khusus (particular), adalah proposisi dimana
pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari
predikat.
INFERENSI DAN IMPLIKASI
1.
Inferensi
Inferensi
adalah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangkan,
dan keyakinan seseorang tentang fakta. Contoh :
Tabrakan
itu terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara
mendadak.
Untuk
membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar
penyusunan kesimpulan dan proses pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya,
kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka yang kita lakukan
adalah :
·
Mmebuktikan bahwa peristiwa tabrakan itu
benar.
·
Menilai proses yang digunakan untuk
kesimpulan
Misalnya kita mendapatkan
data sebagai berikut :
Pada waktu itu bus
berada di sekitar dua meter di depan sedan yang membuntutinya. Tiba-tiba dari
arah kanan sebuah jip membelok memotong di depan bus, kemudian supir bus merem
kendaraannnya secara mendadak untuk menghindari tabrakan. Sedan yang berada di
belakang bus tidak sempet direm dan menghantam bagian belakang bus.
Dengan mempertimbangkan
ketentuan berlalu lintas maka muncullah kesimpulan bahwa supir bus yang salah,
karena tiba-tiba ia menghentikan busnya. Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda
mempunya kesimpulan yang berbeda?
· Jika
terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah
penyelesaian masalah melalui hukum, yang secara ilmiah diacy dari referensi.
2.
Implikasi
Implikasi
ialah ucapan/pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat
tentang fakta tersebut.
Contoh:
Tadi
pagi terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.
Untuk
menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta
sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur.
Misalnya, kita membuktikan ucapan pada contoh; maka kita mencoba mendatangi
tempat tabrakan dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa
seperti yang diucapkan? Atau kalau semua akibat dari peristiwa tersebut tidak
dapat dilihat lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada
oarang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Bila dari beberapa informasi yang
masuk, semuanya mengatakan hal yang sama dan membenarkan peristiwa tabrakan
itu, maka kita menjadi yakin bahwa ucapan di atas benar.
WUJUD EVIDENSI
Unsur yang paling penting dalam
suatu tulisan argumentative adalah evidensi. Pada hakikatnya
evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas
dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai efidensi tidak boleh
dicampur adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan dan penegasan. Pernyataan
tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar
menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang
penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia
menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.
Dalam wujudnya yang paling rendah
evidensi itu berbentuk data dan informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua
bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan,
semuanya dimasukkan ke dalam pengertian data daninformasi.
Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan
informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.
CARA MENGUJI DATA
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara
tertentu sehingga bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
·
Observasi
Fakta-fakta
yanag telah diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang
pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat
menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka
kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi
singkat untuk mengecek data atau informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa
banyak hal pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya
didasarkan pula atas observasi yang telah diadakan.
·
Kesaksian
Keharusan
menguji data dan informasi, tidak selalu harus diakukan dengan observasi.
Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi
atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat,
dan biaya yang harus di keluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau
pengarang dapat melakukan pengujian dan meminta kesaksian atau keterangan dari
orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan
itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan pengarang atau penulis, untuk
memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan kesaksian orang lain yang
telah mengalami peristiwa tersebut.
·
Autoritas
Cara ketiga
yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi
adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli,
atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan
semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai
dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
CARA MENGUJI FAKTA
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita
peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut
baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa
semua bahan itu adalah fakta, setelah itu harus dilakukan penilaian kedua yaitu
dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar – benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
Cara yang diambil yaitu melalui :
·
Konsistensi
Dasar
pertama yang harus dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai
sebagai evidensi adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan
kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya
bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi bertentangan atau melemahkan
evidensi yang lain.
·
Koherensi
Dasar kedua
yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat
dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.Semua fakta
yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koherendengan
pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang
berlaku.
CARA MEMILIH AUTHORITAS
Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya
merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas
penelitian atau data eksperimental.
Melalui penilaian sebagai berikut :
1)
Tidak
Mengandung Prasangka
Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan
pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.
2)
Pengalaman dan pendidikan autoritas
Pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut
dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui
pendidikannya.
3)
Kemashuran dan prestise
Apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang
itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang
tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal
itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
4)
Koherensi dengan kemajuan
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar