Rabu, 19 Maret 2014

Tugas 2 Bahasa Indonesia







TUGAS BAHASA INDONESIA 2

             Materi yang dibahas  :
1.     Pengertian Penalaran
2.     Proposisi
3.     Inferensi dan Implikasi
4.     Wujud Evidensi
5.     Cara Menguji Data
6.     Cara Menguji Fakta
7.     Cara Memilih Authoritas







PENALARAN

Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Creighton (1973) dalam suatu artikel di Encyclopedia Americana : penalaran adalah proses mental untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran baru berdasarkan sesuatu yang sudah diketahui (dalam Waluyo, 1991: 12-13).

Jenis Penalaran
Menurut prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua.
1. Penalaran Induktif
Proses berfikir induktif dibedakan atas generalisasi, analogi, dan sebab-akibat.
Generalisasi
Generalisasi ialah proses berfikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa. Misalnya orang Indonesia peramah, apakah generalisasi itu sah? Untuk membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut.
a.       Cukup Memadai
Artinya gejala-gejala khusus/sampel yang diamati sebagai dasar penarikan kesimpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlah tidak memadai, maka generalisasi itu akan menjadi terlalu luas. Gejala yang diamati perlu dilihat jenisnya; apakah homogen atau heterogen. Sampel untuk gejala yang bersifat homogen tidak perlu terlalu banyak, misalnya untuk menguji produksi minyak goreng dalam suatu hari, cukup diteliti beberapa gram saja. Sebaliknya, semakin heterogen suatu populasi semakin banyak sampel yang perlu diteliti.
b.      Cukup Mewakili
Artinya sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau sampelnya mewakili populasi, misalnya di suatu fakultas yang terdiri atas tiga program studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2, 3, 4. Sampel yang mewakili haruslah diambil dari keseluruhan kelas yang ada.
c.       Kekecualian
Jika kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap, semua; gunakan kata cenderung, pada umumnya, rata-rata, pada mayoritas yang teliti, dan sebagainya. Jika menggunakan bahasa kuantitatif langsung saja menyatakan prosentase data yang diteliti.

Berikut syarat-syarat generalisasi ilmiah yang lebih mementingkan keabsahan metode yang digunakan, yaitu
·                     Data dikumpulkan melalui observasi yang cermat, pencatatan dilakukan dengan tepat, teliti, menyeluruh dan terbuka terhadap pengujian lain
·                     Menggunakan instrumen yang tepat untuk mengukur dan mendapatkan data
·                     Melaksanakan pengujian, perbandingan, dan klasifikasi data
·                     Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh, padat, dan sistematis
·                     Hasil observasi dirumuskan dengan mempertimbangkan variasi waktu, tempat, dan keadaan lainnya
·                     Dipublikasi untuk dapat diuji, dikritik, dan dites.

Analogi
Analogi induktif ialah proses berfikir untuk menarik kesimpulan/inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat/ciri-ciri esensial penting yang bersamaan. Yang diperhatikan dalam analogi ialah persamaan yang dipakai dasar kesimpulan benar-benar memiliki kesamaan dan ciri esensial yang penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang dikemukakan.
Contoh :
Kesimpulan beberapa ilmuan menyatakan bahwa anak kera dapat diberi makan seperti anak manusia berdasarkan kesamaan yang terdapat pada sistem percernaan anak kera dengan anak manusia. Kesimpulan ini sah, karena dasar kesimpulannya (sistem pencernaan) merupakan ciri esensial yang berhubungan dengan kesimpulan (cara memberi makan).

Selain analogi induktif, dalam tulis-menulis dikenal juga analogi deklaratif, yaitu teknik menjelaskan dalam tulisan dengan mendahulukan hal yang telah diketahui sebelum memperkenalkan hal yang baru, yang mempunyai kesamaan dengan hal di atas.
Contoh :
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu, tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu itu rumah.

Sebab-akibat
Prinsip umum hubungan sebab akibat menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya. Terdapat tiga pola hubungan sebab akibat :
a.         Penalaran dari sebab ke akibat; dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui, untuk menarik kesimpulan mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan.

Contoh:
Anda seorang diri tinggal di sebuah kamar sewa dengan penerangan lampu listrik. Pada libur akhir semester, Anda tinggal di rumah orang tua selama satu bulan. Sepulang liburan, Anda baru sadar bahwa sebelum berangkat liburan Anda tidak mematikan lampu kamar. Dari kenyataan ini, Anda menarik kesimpulan bahwa Anda akan membayar uang langganan listrik lebih tinggi dari pada bulan-bulan sebelumnya.

b.         Penalaran dari akibat ke sebab; dimulai dari suatu akibat yang diketahui, kemudian dipikirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya. Penalaran ini bersifat expost facto (hal yang sudah terjadi), misalnya menentukan penyebab kematian, kecelakaaan, proses peradilan, dan cerita detektif.
Contoh:
Anda pergi ke dokter dengan keluhan sakit kepala. Gejala sakit kepala ini akibat dari sesuatu. Pekerjaan dokter akan menemukan penyebab dan memberikan pengobatan yang tepat.

c.         Penalaran dari akibat ke akibat; berpangkal dari suatu akibat dan langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan kedua akibat itu.
Contoh:
Ketika pulang kuliah, Anda melihat jalan-jalan basah dan becek. Anda segera menarik kesimpulan bahwa pakaian Anda yang dijemur di luar tentu basah. Pakaian basah bukan disebabkan oleh tanah yang basah dan becek. Kedua gejala tersebut disebabkan oleh hal yang tidak Anda pikirkan yaitu hujan.


2. Penalaran Deduktif

Penalaran deduktif bergerak dari sesuatu yang bersifat umum kepada yang khusus. Jika kita mengetahui S, sedangkan P adalah bagian dari S, maka dapat ditarik kesimpulan tentang P. Penarikan kesimpulan dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.




1)        Silogisme
Silogisme adalah cara berpikir formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan polanya saja, misalnya ia dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat dibentuk secara formal, yaitu
a.              Semua yang melanggar peraturan X akan dihukum.
b.              Ia melanggar peraturan X.
c.              Ia dihukum

2)        Entimem
Dalam kehidupan sehari-hari, sologisme yang kita temukan bebrbentuk entimem, yaitu silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua.
1.              Menipu adalah dosa.
2.              Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus).


Materi mengenai Deduktif, Silogisme dan Entimem akan dibahas lebih lanjut pada tugas ke tiga.


Ciri- ciri Penalaran
1.      Dilakukan dengan sadar
2.      Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3.      Sistematis
4.      Terarah, bertujuan
5.      Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6.      Sadar tujuan
7.      Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
8.      Pola pemikiran tertentu
9.      Sifat empiris rasional




PROPOSISI

Pengertian Proposisi
Dalam proses penalaran, kita menghubungkan fakta-fakta. Hubungan itu diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan/kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi. Pernyataan dapat benar dan salah, jadi proposisi dapat dibatasi sebagai kalimat yang mengandung pernyataan tentang hubungan fakta-fakta yang dapat dinilai benar dan salah. Dalam berfikir proposisi, yaitu merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Perhatikan sifat dapat dinilai benar atau salah, itu berarti bahwa proposisi selalu merupakan kalimat pernyataan/berita. Sebab kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan tidak dapat dinilai benar atau salah.

Contoh :
1.      Bahasa adalah sarana penalaran.
2.      Sifat kuantitatif matematika meningkatkan daya prediksi ilmu.
3.      Bagaimana peranan bahasa dalam proses penalaran ?
4.      Semoga saja penelitian ini berhasil.

Kalimat 1 dan 2 merupakan proposisi, kalimat 3 dan 4 bukan proposisi. Dalam penalaran, proposisi disebut juga premis. Jika dibandingkan dengan sebuah bangunan, premis itu adalah batu, pasir, dan semen. Sedangkan penalaran adalah arsitekturnya. Dengan menggunakan batu, pasir, semen, serta arsitektur yang baik akan menghasilkan bangunan yang baik pula. Demikian juga dalam penalaran, dengan menggunakan premis dan penalaran yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang benar.

Unsur-unsur dalam Proposisi
§   Term subjek : hal tentang pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subjek dalam sebuah proposisi disebut subjek logis.
§   Term predikat : isi pengakuan atau pengingkaran
§   Kopula : menghubungkan term subjek dan term predikat


Jenis-jenis Proposisi
1)     Proposisi berdasarkan bentuk
·       Proposisi tunggal, merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
·       Proposisi majemuk, merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
2)     Proposisi berdasarkan sifat
·       Proposisi kategorial, proposisi yang hubungan subjek dan predikatnya tidak memerlukan syarat apapun.
·       Proposisi kondisional, proposisi yang pada hubungan subjek dan predikatnya memerlukan syarat tertentu.
3)     Proposisi berdasarkan kualitas
·       Proposisi positif atau afirmatif, merupakan proposisi yang predikatnya membenarkan subjek.
·       Proposisi negative, merupakan proposisi yang predikatnya tidak mendukung atau tidak membenarkan subjek.
4)     Proposisi berdasarkan kuantitas
·       Proposisi umum (universal), adalah proposisi dimana predikat mendukung atau mengingkari semua subjek.
·       Proposisi khusus (particular), adalah proposisi dimana pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari predikat.




INFERENSI DAN IMPLIKASI


1.    Inferensi
Inferensi adalah pendapat atau kesimpulan yang merupakan hasil penilaian, pertimbangkan, dan keyakinan seseorang tentang fakta. Contoh :
Tabrakan itu terjadi karena kesalahan supir bus yang menghentikan kendaraannya secara mendadak.
Untuk membuktikan kebenaran sebuah kesimpulan perlu diuji fakta yang menjadi dasar penyusunan kesimpulan dan proses pembentukan kesimpulan tersebut. Misalnya, kita ingin membuktikan kesimpulan pada contoh benar, maka yang kita lakukan adalah :
·         Mmebuktikan bahwa peristiwa tabrakan itu benar.
·         Menilai proses yang digunakan untuk kesimpulan
Misalnya kita mendapatkan data sebagai berikut :
Pada waktu itu bus berada di sekitar dua meter di depan sedan yang membuntutinya. Tiba-tiba dari arah kanan sebuah jip membelok memotong di depan bus, kemudian supir bus merem kendaraannnya secara mendadak untuk menghindari tabrakan. Sedan yang berada di belakang bus tidak sempet direm dan menghantam bagian belakang bus.

Dengan mempertimbangkan ketentuan berlalu lintas maka muncullah kesimpulan bahwa supir bus yang salah, karena tiba-tiba ia menghentikan busnya. Bagaimana pendapat Anda? Apakah Anda mempunya kesimpulan yang berbeda?
·      Jika terjadi kesimpulan yang berbeda-beda, langkah yang harus diambil adalah penyelesaian masalah melalui hukum, yang secara ilmiah diacy dari referensi.

2.    Implikasi
Implikasi ialah ucapan/pernyataan tentang fakta, tanpa mempertimbangkan pendapat-pendapat tentang fakta tersebut.
Contoh:
Tadi pagi terjadi sebuah tabrakan di depan kampus.

Untuk menguji kebenaran ucapan faktual ini perlu diadakan pengujian terhadap fakta sebagai sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi secara nyata dan dapat diukur. Misalnya, kita membuktikan ucapan pada contoh; maka kita mencoba mendatangi tempat tabrakan dan melihat apakah sungguh-sungguh telah terjadi peristiwa seperti yang diucapkan? Atau kalau semua akibat dari peristiwa tersebut tidak dapat dilihat lagi, maka kita mencari informasi lebih lanjut kepada oarang-orang yang menyaksikan peristiwa itu. Bila dari beberapa informasi yang masuk, semuanya mengatakan hal yang sama dan membenarkan peristiwa tabrakan itu, maka kita menjadi yakin bahwa ucapan di atas benar.




WUJUD EVIDENSI

Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative adalah evidensi.  Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai efidensi tidak boleh dicampur adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah fakta itu benar atau tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya.

Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data dan informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan, semuanya dimasukkan ke dalam pengertian data daninformasi. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.




CARA MENGUJI DATA

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara tertentu sehingga bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.

·                Observasi
Fakta-fakta yanag telah diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha menyakinkan para pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau observasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu dan sesungguhnya dalam beberapa banyak hal pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh seseorang, biasanya didasarkan pula atas observasi yang telah diadakan.

·                Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus diakukan dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang mengadakan observasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi karena waktu, tempat, dan biaya yang harus di keluarkan. Untuk mengatasi hal itu penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dan meminta kesaksian atau keterangan dari orang lain, yang telah mengalami sendiri atau menyelidiki sendiri persoalan itu. Demikian pula halnya dengan penulis dan pengarang atau penulis, untuk memperkuat evidensinya mereka dapat mempergunakan kesaksian orang lain yang telah mengalami peristiwa tersebut.



·                Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.





CARA MENGUJI FAKTA

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, setelah itu harus dilakukan penilaian kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar – benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

Cara yang diambil yaitu melalui :
·                Konsistensi
Dasar pertama yang harus dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada suatu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain.
·                Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian atau fakta mana yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi.Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koherendengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.




CARA MEMILIH AUTHORITAS

Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.

Melalui penilaian sebagai berikut :
1)             Tidak Mengandung Prasangka
Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya.

2)             Pengalaman dan pendidikan autoritas
Pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya.

3)             Kemashuran dan prestise
Apakah  pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.

4)             Koherensi dengan kemajuan






REFERENSI














Tidak ada komentar:

Posting Komentar