Rabu, 01 Juli 2015

Jurnal 8 - Etika dan Profesionalisme TSI





Aspek Perilaku Di Bidang Teknologi Informasi

Sri Rahayu1,Intan Lestari2,Dimas Haryo Adhiatama3
Jurnal Etika & Profesionalisme
Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya no. 100, Depok 16424 Gedung 4 Lantai 1 D419
Email : infokom@gunadarma.ac.id

1ayuuuunya@gmail.com
2in.intanlestari@gmail.com
3dimryo@gmail.com


Abstrak
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Teknologi informasi telah banyak mempengaruhi masyarakat berdasarkan pada aspek perilaku manusia yang sangat penting untuk di perhatikan. Pembahasan aspek keperilakuan secara teori sangat penting dalam bidang teknologi informasi karena dapat memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai aturan teknologi informasi untuk kebutuhan penggunanya. Tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan baik, namun dampak tersebut jika disikapi dengan baik dapat membawa dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu kita harus menjaga teknologi informasi agar tidak salah digunakan

Abstracts
The development of information technology allowed humans to interact freely on a global scale. Information technology has affected society based on aspects of human behavior that is very important to note. Behavioral aspects of theoretical discussion is very important in the field of information technology because it can provide insight and knowledge about the rules for the information technology needs of its users. Not all technologies used for good, but the impact if addressed properly can bring a good impact for human life. Therefore, we must maintain information technology so that no one used


PENDAHULUAN

            Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat pesat, hinga saat ini TI memberikan banyak kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis (Cushing, 1993; Murdick.et.al,1997; Mc.Leod.R.J,1997; Grace,2000; Nur Indriantoro,2000; Baridwan,2000 dalam Halim,2000; Hall,2001). Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Wilkinson dan Cerullo,1997).

            Menurut Mc. Farlan (1983); Rockart (1998) dalam Nur Indriantoro (2000); dan Syam (1999), penerapan TI bagi perusahaan mempunyai peranan penting dan dapat menjadi pusat strategi bisnis untuk memperoleh keunggulan bersaing. Doning (1993); Trisnawati (1998); Syam (1999) juga menyebutkan bahwa saat ini TI sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap perusahaan terutama dalam menjalankan segala aspek aktifitas organisasi .

            Perbedaan karakteristik pengguna TI dipengaruhi juga oleh banyak faktor, salah satunya adalah aspek perilaku. Perilaku ini diperoleh oleh persepsi pengguna terhadap TI yang secara teoritis di deskripsikan oelh para ahli pengembang TI sebagai pengguna dan pengaruhnya terhadap penggunaan komputer (Davis, et.al 1989; Ferguson, 1991).



LANDASAN TEORI

Pengertian Perilaku
            Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekraja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagianya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
            Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhdapa stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karenanya, perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism, dan kemudian organism tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon.

Pengertian Teknologi
            Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan hidup dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali  dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Perkembangan teknologi baru, termasuk diantaranya mesin cetak, telepon, dan internet telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi digunakan untuk tujuan baik, pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah dari pentungan hingga senjata nuklir.
            Teknologi telah banyak mempengaruhi masyarakat. Teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan bertambahnya kaum senggang.

Pengertian Informasi
            Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan, karena informasi menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan) informasi menjadi penting, karena berdarkan informasi itu para pengelola dapat mengakui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara-cara tertentu. Berikut ini pengertian informasi menurut beberapa ahli, yaitu :
Menurut Raymond Mc. Leod, informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputisaan saat ini atau mendatang.
Menurut Tata Sutabri, S.Kom, MM., informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Menurut Jogiyanto HM (1999:692), informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
            Secara umum, informasi dapat dideinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambrkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

Pengertian Teknologi Informasi
            Teknologi informasi adalah teknologi yang mampu membantu manusia untuk melakukan pekerjaan. Teknologi memiliki 2 aspek penting, yaitu hardware dna software. Dari kedua komponen tersebut, keduanya saling beraitan satu sam lain yang berguna untuk bekerja sama untuk menciptakan sebuah teknologi informasi. Teknologi informasi sering dikaitkan dengna teknologi komunikasi, karena keduanya saling berhubungan satu sama lain. Paa dasarnya, teknologi komunikasi dan teknologi informasi memiiki definisi yang sama . teknologi komunikasi berarti semua teknologi informasi yang mendukung semua teknologi komunikasi.
            Tak dapat dipungkiri, perkembangan teknologi informasi memang memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Apalagi dalam hal informasi dan komunikasi untuk manusia. Dampak tersebut tentunya memiliki dampak positif dan negative. Namun dampak tersebut, jika disikapi dengan bijak dapat membawa dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu kita harus senantiasa menjaga teknologi informasi agar tidak salah digunakan


PEMBAHASAN

Aspek Perilaku Di Bidang Teknologi Informasi
            Menurut Bodnar dan Hopwood (1995) ada tiga hal yang berkaitan dengan penerapan TI berbasis komputer yaitu ; (a) Perangkat keras (hardware); (b) Perangkat lunak (software), dan; (c) Pengguna (brainware). Ketiganya elemen tersebut saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perangkat keras (Hardware) adalah media yang digunakan untuk memproses informasi. Perangkat lunak (software) yaitu sistem dan aplikasi yang digunakan untuk memproses masukan (input) untuk menjadi informasi, sedangkan pengguna (brainware) merupakan hal yang terpenting karena fungsinya sebagai, pengembang hardware dan software, serta sebagai pelaksanan (operator) masukan (input) dan sekaligus penerima keluaran (output) sebagai pengguna sistem (user).
            Menurut Boodnar dan Hopwood (1995), pengembangan TI memerlukan perencanaan dan implementasi yang hati-hati untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan dalam membangun sebuah bisnis, dan ini sangat berhubungan dengan perubahan prilaku secara individual dalam melaksanakan pekerjaannya.
            Thompson et.al (1991) mengemukakan pentingnya aspek prilaku dalam penerapan penggunaan PC. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian empiris yang menguji pengaruh prilaku individual pengguna terhadap penggunaan Personal Computer (PC) dengan landasan teori yang diusulkan oleh Triandis (1971; 1980) dalam Nur Indriantoro (2000). Sikap seseorang terdiri atas komponen Kognisi (cognitive), Afeksi (affective), dan komponen komponen yang berkaitan dengan prilaku (behavioral components). Sikap pengguna terhadap komputer dapat pula ditunjukkan dengan sikap optimistik pengguna bahwa komputer sangat membantu dan bermanfaat untuk mengatasi masalah atau pekerjaannya (Triandis, 1971) dalam Nur Indriantoro (2000).
            Berdasarkan beberapa uraian teoritis dan hasil penelitian empiris yang telah di uraikan diatas, dapat di pahami bahwa aspek prilaku dalam penerapan TI dibidang bisnis merupakan salah satu aspek yang penting untuk di perhatikan, karena berhubungan langsung dengan pengguna (user), sebab interaksi antara pengguna dengan perangkat komputer yang di gunakan sangat di pengaruhi oleh persepsi, sikap, afeksi sebagai aspek keprilakuan yang melekat pada diri manusia sebagai user.
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian-uraian diatas adalah penerapan suatu sistem dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek prilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem tersebut, sehingga sistem yang dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya.


KESIMPULAN
            Pesatnya perkembangan di bidang teknologi informasi, terdapat tiga bahasan utama  yaitu hardware, software dan brainware. Teknologi informasi banyak didasarkan pada aspek-aspek keprilakuan. Pembahasan aspek keprilakuan secara teoritis didasari oleh teori-teori psikologis dan sosiologis, yang banyak menjelaskan tentang persepsi, sikap, kepercayaan di dalam bisnis atau usaha. Secara teoritis, pengadopsian teori-teori keprilakuan dalam studi-studi TI memberikan akselerasi kajian dibidang TI sehingga inovasi-inovasi pengembangan TI dan sistem informasi mengarah pada kebutuhan pengguna (user) dengan kemudahan penggunaannya. Dengan demikian secara teoritis dapat diuraikan bahwa implikasi penerapan TI adalah pada aspek keprilakuan yang berkaitan dengan pengembangan TI. Implikasi ini didasari pada argumentasi bahwa interaksi antara ketiga unsur dalam pengembangan TI tidak dapat dihindari, yaitu interaksi antara perangkat keras, perangkat lunak dan pengguna, artinya aspek prilaku itu memang penting untuk diperhatikan.

Referensi :
Esuprianto.blogspsot.com/2011/11/definsi-bisnis-dan-pengertian-bisnis.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi
www.sarjanaku.com
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1194/1/akuntansi-fahmi2.pdf
www.aingindra.com/teknologi-informasi-adalah.html

Jurnal 7 - Etika dan Profesionalisme TSI





Model Pengembangan Standar Profesi Perbandingan Antara Amerika dan Eropa


Sri Rahayu1,Intan Lestari2,Dimas Haryo Adhiatama3
Jurnal Etika & Profesionalisme
Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya no. 100, Depok 16424 Gedung 4 Lantai 1 D419
Email : infokom@gunadarma.ac.id

1ayuuuunya@gmail.com
2in.intanlestari@gmail.com
3dimryo@gmail.com


Abstrak
Meningkatnya implementasi TI mulai dari operasional bisnis biasa sampai ke jaringan perusahaan yang lebih kompleks menyebabkan kebutuhan tenaga TI tidak hanya dirasakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang TI, tetapi juga non TI. Keterbatasan kurikulum, dan keinginan untuk independen terhadap produk tertentu menjadi kendala menghadapi perubahan tersebut. Di sisi lain kebutuhan tenaga kerja TI sering membutuhkan kompetensi yang lebih spesifik, seperti pengalaman terhadap penggunaan software tertentu yang diimplementasikan dalam perusahaan tersebut. Adanya standar kompetensi dibutuhkan untuk memudahkan bagi perusahaan atau institusi untuk menilai kemampuan (skill) calon pegawai atau pegawainya. Dengan memiliki sebuah sertifikat TI yang diakui secara global, seorang profesional TI akan memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih tinggi terkait dengan keterampilan yang dimilikinya.

Abstract
Increased IT implementations ranging from ordinary business operations to the corporate network more complex led to the need of IT personnel are not only felt by companies engaged in IT, but also non-IT. Limitations of the curriculum, and the desire to be independent of a particular product constraints facing these changes. On the other hand IT workforce needs often require more specific competencies, such as the experience of the use of certain software which is implemented in the company. Their competency standards required to make it easier for companies or institutions to assess the ability (skill) prospective employees or employees. By having a certificate recognized global IT, an IT professional will have a sense of higher self confidence associated with the skill he has.

PENDAHULUAN


            Meningkatnya implementasi TI mulai dari operasional bisnis biasa sampai ke jaringan perusahaan yang lebih kompleks menyebabkan kebutuhan tenaga TI tidak hanya dirasakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang TI, tetapi juga nonTI. Seiring dengan kebutuhan tenaga kerja TI yang diperkirakan akan terus meningkat, berbagai posisi atau jabatan baru di bidang TI juga bermunculan.
           
            Cepatnya perkembangan TI serta semakin kompleksnya teknologi tidak memungkinkan bagi lembaga pendidikan untuk mengadopsi perubahan secara cepat. Keterbatasan kurikulum, dan keinginan untuk independen terhadap produk tertentu menjadi kendala menghadapi perubahan tersebut. Di sisi lain kebutuhan tenaga kerja TI sering membutuhkan kompetensi yang lebih spesifik, seperti pengalaman terhadap penggunaan software tertentu yang diimplementasikan dalam perusahaan tersebut. Hal ini mendorong turun tangannya para vendor untuk ikut terjun dalam program pendidikan yang pada akhirnya melahirkan standar kompetensi atau sertifikasi.

            Adanya standar kompetensi dibutuhkan untuk memudahkan bagi perusahaan atau institusi untuk menilai kemampuan (skill) calon pegawai atau pegawainya. Adanya inisiatif untuk membuat standar dan sertifikasi sangat dibutuhkan. Namun masih terdapat permasalahan seperti beragamnya standar dan sertifikasi.


LANDASAN TEORI


Pengertian Model
Model dapat diartikan sebagai acuan yang menjadi dasar atau rujukan dari hal tertentu. Model adalah gambaran sederhana yang dapat menjelaskan objek, sistem atau suat konsep. Berikut ini merupakan pengertian dari beberapa para ahli, sebagai berikut :
1. Simamarta
        Model adalah gambaran inti yang sederhana serta dapat mewakili sebuah hal yang ingin ditunjukkan. Jadi, model ini merupakan abstraksi dari sistem tersebut.
2. Departemen P dan K
     Model merupakan pola atau contoh dari sebuah hal yang akan dihasilkan.

3. Gordon
     Model adalah sebuah kerangka informasi tentang sesuatu hal yang disusun untuk mempelajari dan membahas hal tersebut.

4. Marx
     Model merupakan sebuah keterangan secara terkonsep yang dipakai sebagai saran atau referensi untuk melanjutkan penelitian empiris yang membahas suatu masalah.

5. Murty
     Model merupakan sebuah pemaparan tentang sistem tertentu yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai peneliti.
           

Pengertian Pengembangan
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan atau latihan.
Menurut Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan adalah pengembangan mengacu pada masalah personel suatu proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan suatu prosedur sistematis dan terorganisir.

Pengertian Profesi
Beberapa pengertian Profesi menurut para ahli :
1. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan  yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyka tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan focus utama pada pelayan

2. Schein E. H (1962)
Profesi merupajan suatu keahlian atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.

3. Hughes E.C (1963)
Profesi merupakan seuatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik dibandingkan orang lain.


PEMBAHASAN

Standar Profesi di Amerika & Eropa
·         Pustakawan dan Konsep Negara Modern
Satu hal penting mengapa profesi pustakawan dihargai di Amerika adalah bahwa dari sejarahnya, perkembangan profesi pustakawan di Amerika Serikat sejalan dengan sejarah pembentukan Amerika Serikat sebagai negara modern dan juga perkembangan dunia akademik. Pada masa kolonial, tradisi kepustakawanan di dunia akademik merupakan bagian dari konsep negara modern, utamanya berkaitan dengan fungsi negara untuk menyediakan dan menyimpan informasi. Oleh karena itu, profesi purstakawan (bibliographist) dan ahli pengarsipan (archieving specialist) mulai berkembang pada masa itu.

Sejalan dengan itu, posisi pustakawan mengakar kuat di universitas-universitas dan tuntutan profesionalitas pustakawan pun meningkat. Untuk menjadi seorang pustakawan, Seseorang harus mendapatkan gelar pada jenjang S1 pada area tertentu terlebih dahulu untuk bisa melanjutkan ke jenjang S2 di bidang perpustakaan. Khusus untuk pustakawan hukum, beberapa sekolah perpustakaan memiliki jurusan khusus pustakawan hukum. Umumnya gelarnya berupa MLS atau MLIS (Master of Library and Information Science). Pendidikan jenjang S2 ini ditempuh selama dua tahun. Sistem pendidikan yang seperti ini sangat kondusif untuk menciptakan spesialisasi dalam profesi pustakawan itu sendiri, yang tidak hanya mampu membuat dan menyusun katalog namun juga memiliki pengetahuan khusus di bidang tertentu, misalnya pustakawan yang juga memiliki pengetahuan di bidang hukum.

     Untuk memastikan hal ini, dibentuklah panduan profesi pustakawan yang memastikan seorang pustakawan harus memiliki gelar profesional pustakawan. Selain harus memiliki sertifikat, para pustakawan profesional ini pun juga terus mengembangkan pendidikan profesinya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan di area tertentu yang berkaitan dengan pengolahan dokumen. Hal ini penting untuk menghadapi perkembangan dunia elektronik yang juga berpengaruh terhadap kebutuhan pengguna dan proses pengolahan.

·         Relasi Pustakawan dengan Staf Teknis dan Profesi yang Didukungnya
Sementara itu, pekerjaan-pekerjaan teknis yang berkaitan dengan manajemen dan pengelolaan perpustakaan seperti scanning dokumen, jaringan internet, memasang sistem katalog dalam jaringan komputer, dikerjakan ahli-ahli yang berfungsi sebagai staf teknis perpustakaan. Umumnyam mereka memiliki latar belakang pendidikan di bidang Teknologi Informasi.Mereka staf teknis dan bukan pustakawan.

Hal ini tentu berbeda dengan kondisi di Indonesia. Profesi pustakawan seringkali ditempatkan hanya sebagai pekerjaan teknis, tukang mengolah katalog, mencari dan mengembalikan buku perpustakaan ditempatnya, serta memfotokopi dokumen yang dibutukan pengguna. Tidak ada pembagian fungsi dan tugas yang tegas antara pustakawan dan staf teknis.

Perbedaan lainnya juga terletak pada relasi antara pustakawan dengan profesi yang didukungnya. Sebagai contoh, pustakawan yang bekerja di universitas memiliki kontribusi bagi dunia akademik dengan melakukan riset-riset. Misalnya, riset mengenai efektivitas perkuliahan. Selain itu, mereka juga mengenalkan ilmu keperpustakaan kepada mahasiswa melalui kurikulum dengan menyediakan satu sesi di setiap mata kuliah untuk berdiskusi megnenai akses informasi. Pustakawan mempresentasikan dan berdiskusi megnenai bagaimana menggunakan layanan perpustakaan dan menggunakan alat-alat yang disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan serta etika akademis dalam mengutip tulisan orang lain. Selain itu, juga disediakan panduan online yang diintegrasikan dengan situs mata kuliah tersebut.
Contoh lainnya adalah hubungan profesi pustakawan dengan profesi ahli bahasa. Pustakawan di Amerika Serikat bekerjasama dengan The Modern Language Association menyusun panduan yang berkaitan dengan informasi linguistik yang berisi materi-materi, metode-metode dan bahkan hal-hal mengenai etika yang berkaitan dengan linguistik.

Profesi pustakawan hukum pun seyogyanya dapat melakukan riset yang dapat berkontribusi bagi profesi hukum. Banyak pustakawan hukum di Amerika Serikat yang juga memiliki gelar hukum dan aktif melakukan penelitian dan kontribusi lainnya terhadap profesi hukum. Sehingga, pustakawan tidak berfungsi sekedar sebagai supervisi dan kolektor dokumen saja. Selain itu, hubungan antar pustakawan dengan profesi yang didukungnya, misalnya dalam dunia akademik, menjadi setara.

·         Komunitas Pustakawan yang Kritis
Hal yang menarik lainnya adalah komunitas pustakawan di Amerika Serikat yang sangat kritis terhadap perkembangan yang bisa berdampak pada perpustakaan dan profesinya. Komunitas pustakawan di Amerika Serikat terlibat aktif dalam gerakan akses terbuka terhadap informasi. Perpustakaan berfungsi sebagai penghubung dan penyedia informasi yang lebih murah bagi publik.

Mereka bekerja dengan para akademisi dan organisasi-organisasi penting. Salah satunya, adalah advokasi kepada para akademisi untuk tidak mempublikasikan tulisannya melalui penerbit-penerbit yang mahal. Sebaliknya, mereka mendorong pendirian penerbit-penerbit di universitas-universitas dan menerbitkan tulisan-tulisan para dosennya sendiri. Hal ini merupakan upaya untuk menyediakan tulisan akademik dengan harga yang lebih murah.

Selain itu, komunitas pustakawan juga terlibat dalam advokasi hak cipta. Misalnya, menyebarluaskan informasi mengenai hak-hak penulis terutama dalam penandatangan kontrak dengan penerbit. Di Amerika Serikat, penerbit umumnya memasukkan pasal yang mengharuskan penulis untuk membayar mereka untuk melakukan distribusi karyanya di lingkungan pengajarannya. Komunitas pustakawan melakukan advokasi kepada penulis untuk meminta pasal ini dihapus sehingga distribusi karya yang diterbitkan kepada lingkungan ajarannya tidak dikenakan biaya.

Komunitas pustakawan juga mengadvokasikan posisi dan pandangan mereka terhadap UU Hak Cipta. Misalnya, hak untuk membuat duplikat tambahan untuk perpustakaan dari bahan-bahan yang diperuntukan untuk kepentingan penyimpanan. UU Hak Cipta Amerika Serikat membolehkan untuk membuat micro film dari koran-koran lokal atau bahan-bahan yang sudah jarang ditemukan dibolehkan untuk kepentingan penyimpanan. Namun demikian, komunitas pustakawan di Amerika Serikat berpandangan, perpustakaan memiliki hak untuk membuat duplikasi tambahan dari micro film yang sudah dibuat untuk kepentingan penyimpanan itu. Komunitas pustakawan di Amerika Serikat juga menentang privatisasi informasi yang diatur dalam WTO.

Komunitas pustakawan ini memiliki organisasi yang efisien. Biaya keanggotaan digunakan untuk membiayai staff dalam skala kecil di Washington DC. Visinya adalah untuk melindungi kepentingan perpustakawan. Fokus pekerjaan mereka adalah isu-isu yang berdampak pada perpustakaan, hak cipta. Selain melakukan kegiatan di atas, mereka juga seringkali melakukan presentasi di hadapan kongres agar mengetahui isu-isu yang dihadapi oleh para pustakawan. Mereka juga aktif bila ada kebijakan nasional yang melanggar hak untuk memperoleh informasi demi alasan keamanan nasional. Sebuah kisah yang seharusnya menginspirasi profesi pustakawan di Indonesia.


KESIMPULAN

Adanya standar kompetensi dibutuhkan untuk memudahkan bagi perusahaan atau institusi untuk menilai kemampuan (skill) calon pegawai atau pegawainya. Dengan memiliki sebuah sertifikat TI yang diakui secara global, seorang profesional TI akan memiliki rasa kepercayaan diri yang lebih tinggi terkait dengan keterampilan yang dimilikinya.
Selain itu pengalaman mengikuti sertifikasi akan memberikan wawasan-wawasan baru yang mungkin tidak pernah ditemui pada saat mengikuti pendidikan formal atau dalam pekerjaan sehari-hari. Selain mampu memberikan jalan yang lebih mudah untuk menemukan pekerjaan di bidang TI, sertifikasi juga sapat membantu Anda meningkatkan posisi dan reputasi bagi yang sudah bekerja. Bahkan sertifikasi yang sudah diakui secara global ini mampu meningkatkan kompetensi dengan tenaga-tenaga TI dari manca negara. Karena itu jangan heran jika sertifikasi yang telah di kantongi bisa lebih dihargai dibandingkan ijazah formal.

Referensi :
http://juniorhendy.blogspot.com/2010/03/model-pengembangan-standar-profesi.html
dilihatya.com/3284/pengertian-model-menurut-para-ahli-adalah
https://aditiodoank.wordpress.com/2014/06/16/model-pengembangan-standar-profesi-it/