Kamis, 29 Maret 2012

"Sinar" Sang Pahlawan Kecil



Tema :     Manusia dan Cinta Kasih



              “ Sinar”  Sang Pahlawan Kecil  






 
Adakah yang mengenal Sinar ?? Seorang gadis kecil berumur 6 tahun yang merawat ibunya seorang diri. Ia menampakkan bakti, cinta dan kasih sayangnya pada sang bunda, mengabaikan masa kecilnya pada saat anak-anak seusianya menghabiskan waktu untuk bermain, sementara ia harus berada di samping bundanya yang sakit sejak dua tahun lalu.

Rumah Murni, nama ibu yang lumpuh ini terletak Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, walau tampak jauh dari keramaian kota, tapi rumah Murni juga tidak luput dari keramaian Pemilu lalu. Terbukti dengan banyaknya sticker partai dan caleg yang tertempel di dinding rumah kayu sangat sederhana itu. Tapi sepertinya para politisi dan kader partai itu abai dengan apa yang terjadi di tengah keluarga miskin ini. Para tetanggalah yang terkadang memberikan bantuan ala kadarnya untuk Murni dam putrinya, Sinar.

Bocah kelas satu Sekolah Dasar ini bahkan kerap terlambat ke sekolah karena harus mengurus ibunya. Begitu pula setelah pulang sekolah. Nyaris seluruh waktunya telah ia persembahkan bagi ibunya yang sakit parah. Walaupun Sinar memiliki lima orang kakak dan juga belum dewasa, namun mereka semua tinggal terpisah dengannya. Faktor ekonomi membuat mereka menjadi pembantu rumah tangga. Kisah Sinar, bocah belia usia 6 tahun ini mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya berbakti kepada kedua orang tua. Walau di antara kita mungkin ada yang bertanya, apakah karena usianya yang masih sangat belia itu yang membuat Sinar mampu memahami arti berbakti kepada orang tua? Karena kita sendiri heran melihat perilaku seorang anak yang sudah dewasa justru tak sudi melayani ibunya yang renta dan tak mampu lagi berbuat apa-apa. Ia telah kehabisan cinta dan kasih sayang untuk ibunya.

Sekarang marilah kita mengintrospeksi diri kita sendiri, adakah cahaya yang sama didalam diri kita seperti sinar? Bagi anda yang masih punya ibu dan ayah yang mungkin saat ini mereka sudah tua renta dan tak bisa berbuat apa2, masihkah anda rawat mereka dengan kasih sayang seperti mereka merawat anda sewaktu kecil? atau anda titipkan ke panti2 jompo?

Wahai para wakil rakyat yang telah dipilih dan dipercaya masyarakat untuk memajukan bangsa ini, satu lagi potret buram tentang anak-anak negeri tersaji dihadapan kita! Masihkah anda menyangsikan hal ini? Sampai kapan mereka akan bernasib seperti ini? Mereka juga bagian dari negeri ini yang butuh perhatian dan penanganan.


Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu amal shalih yang mulia bahkan disebutkan berkali-kali dalam Al Quran tentang keutamaan berbakti pada orang tua. Allah Ta’ala berfirman: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak. (An Nisa: 36).








Marilah mempertahankan budaya positif dan 
tinggalkanlah budaya negatif !
 Contohlah sifat baik seseorang !!!





Sumber : http://muhammadridwansholeh.blogspot.com/2011/08/renungan-sinar-sang-pahlawan-kecil.html


















Senin, 12 Maret 2012

Pengemis Jalanan? Berpura-pura ataukah sungguh-sungguh miskin??

  Pengemis Jalanan, Berpura-pura ataukah sungguh-sungguh miskin ??




   Angka kemiskinan di Indonesia sudah semakin bertambah. Sangat ironis memang melihat masih tingginya angka kemiskinan ini. Negara dengan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah masih terbelenggu oleh jeratan kemiskinan. Belenggu kemiskinan ini terkadang justru menimbulkan sebuah pola perilaku masyarakat yang cenderung mengarah pada penyimpangan norma bangsa. Bentuk nyatanya yaitu dari tingginya jumlah masyarakat yang aktifitas sehari-harinya menjadi pengemis dan gelandangan. 
   
 Tentu kita sering melihat pengemis ada di manapun, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Depok, Tangerang, Bogor dan sebagainya. Mereka berpenampilan lusuh, kumal untuk meminta sumbangan. Terkadang, kita merasa iba dan simpatik dan akan membantu memberi semampu kita.  Tetapi, sebenarnya tidak semua pengemis itu miskin dan tidak mampu bekerja.


 Saya pernah memiliki pengalaman tidak mengenakan tentang pengemis. Sewaktu saya sedang di warung milik ibu kost saya, ada seorang pengemis ibu-ibu yang menghampiri dengan raut muka memelas dan berpenampilan kumal. Ia setiap hari mengemis ke sini. Kemudian tanpa berfikir panjangpun saya dan teman memberinya uang. Kemudian, keesokan harinya anak dari ibu kost (Fitri) bertemu dengan si pengemis di sebuah counter handphone. Iapun curiga dan bertanya kepada penjual counter “ Bapak maaf, apa yang ibu itu beli di sini?” kemudian penjualpun menjawab “Ia membeli 1 handphone Black Berry mas …”. Subhanalloh betapa terkejutnya mba Fitri  mendengar informasi tersebut.
    
  Fenomena inilah yang menjadi tanda tanya masyarakat sekitar saya. Sudah sering sekali masyarakat sekitar saya menemukan pengemis yang berpura-pura miskin padahal ia kaya, hanya saja tidak mau bekerja. Mereka lebih memilih mengemis karena berfikir bahwa mengemis sangatlah mudah dan bisa mendapatkan uang banyak tanpa berfikir.
   
  Sebenarnya, mengemis itu bukanlah jalan terakhir. Kita sebenarnya dapat memanfaatkan tubuh dan otak kita untuk bekerja terkecuali orang yang memiliki kekurangan fisik. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga dapat membantu pendapatan suami dengan cara membuat perkumpulan dan melahirkan sesuatu yang bernilai ekonomis/dapat di jual. Atau juga dapat menjadi tenaga pencuci, gosok ataupun baby sitter.
  
   Anak-anak yang putus sekolah pun dapat membantu orang tua dengan cara bejualan makanan yang orang tua telah buat untuk di jual ataupun juga dengan mengamen, asalkan tidak mengemis itu sudah lebih baik dan mulia. Untuk seorang ayah/suami haruslah bekerja lebih giat dan mencari nafkah yang halal, selagi tubuh dan otak dapat berfungsi dengan baik, alangkah mulianya tidak mengemis karena Islam mengajarkan kita untuk selalu bersedekah dan memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan tetapi Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi peminta-minta atau pengemis.




Marilah mempertahankan budaya positif
 dan tinggalkanlah budaya negatif !