Nama : Intan Lestari
NPM : 13111643
Kelas : 3KA10
Paragraf
Induktif
adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif
dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
1.
Generalisasi
adalah pola pengembangan paragraf yang
menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat
umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa,
ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang
lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat
nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup
pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1.
Pemerolehan
nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain
merupakan peristiwa khusus.
2.
Peristiwa
khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3.
Kesimpulan
atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai
mengarang.
4.
Kesimpulan
bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan,
Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman
hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan,
kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf
generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi
Jenis
Jenis Paragraf Generalisasi
1.Loncatan
Induktif
Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif
adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada
belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap
mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah
karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
2.Tanpa
Loncatan Induktif
Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan
Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan
lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena
kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.
2. Analogi
adalah pola penyusunan paragraf yang berisi
perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula
dalam bidang yang lain.
Contoh:
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti
halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya,
beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar.
Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu
manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak
ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang
menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan
Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin
dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat
sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta
alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
3.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan
paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan
sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini
pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
Ø
Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan
sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A
mengakibatkan B.
Contoh:
Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata
membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri,
dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor
kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa
bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi
kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia
sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak
untuk membiayai pembangunan.
Ø
Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang
menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
Contoh:
Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak.
Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu
sedang sakit.
Ø
Sebab-Akibat-1
Akibat-2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat.
Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian
seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
Contoh:
Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis
minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain
dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan
harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan
bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya
angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan
untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan
dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus
diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar