TUGAS BAHASA INDONESIA 2
Materi
yang dibahas :
1. Pengertian
Penalaran Deduktif
2. Silogisme
3. Entimem
4. Rantai
Deduksi
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran
deduktif bergerak dari suatu yang
bersifat umum kepada yang khusus. Jika kita mengetahui S, sedangkan P adalah
bagian dari S, maka dapat ditarik kesimpulan tentang P. Penarikan kesimpulan
dengan cara deduktif tidak menghasilkan pengetahuan baru, karena kesimpulannya
telah tersirat pada premisnya. Penalaran deduktif dapat merupakan silogisme dan entimem.
SILOGISME
Silogisme adalah cara berpikir
formal, yang jarang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif.
Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). (Wikipedia)
Silogisme merupakan suatu bentuk penalaran deduktif. Silogisme merupakan
suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas pernyataan-pernyataan
sebagai antesedens hingga akhirnya membentuk suatu kesimpulan sebagai konklusif
atau konsekuensi logis. Kesimpulan baru tersebut selalu berkaitna dengan
proporsi yang digunakan sebagai dasar. Oleh karena
itu, perlu dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan silogisme sehingga
penalaran benar-benar dapat diterima nalar.
Kita menemukan polanya
saja, misalnya is dihukum karena melanggar peraturan X, sebenarnya dapat
dibentuk secara formal atau silogisme, yaitu
a.
Semua yang melanggar peraturan X akan
dihukum.
b.
Ia melanggar peraturan X.
c.
Ia dihukum.
Sebuah
silogisme terdiri atas tiga term (mayor, tengah, dan minor) dan tiga
proposisi(premis mayor, premis minor, dan kesimpulan).
Contoh
Silogisme :
1.
Premis mayor :
Semua cendekiawan adalah manusia pemikir.
2.
Premis minor : Semua ahli filsafat adalah cendekiawan.
3.
Kesimpulan :
Semua ahli filsafat adalah manusia pemikir.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam konsep-konsep silogisme:
1. Silogisme terdiri atas
proposisi umum (disebut juga premis mayor), proposisi khusus (disebut juga
premis minor), dan proposisi konklusif (kesimpulan).
2. Silogisme terdiri atas term
mayor yang menjadi presikat simpulan (B), term minor menjadi subjek simpulan
(C), dan term tengah sebagai penghubung (A).
3. Jika PU ( proposisi umum)
bersifat umum dna PK (proposisi khusus) bersifat umum maka simpulannya umum.
4. Jika PU bersifat umum dna PK
bersifat khusus maka simpulan bersifat khusus.
5. Jika PU bersifat khusus dan PK
bersifat khusus maka tidak dapat ditarik simpulan.
6. Jika PU danPk negatif maka
tidak dapat ditarik kesimpulan.
7. Jika PU negatif dan PK positif
maka simpulannya negatif.
8. Rumus: A=B (proposisi umum)
C=A (proposisi khusus)
C=B (proposisi konklusif)
Macam-macam Silogisme
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan
kategorial. Silogisme ini mengemukakan pendapat secara deduktif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam silogisme kategorial:
1)
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua siswa yang pintar belajar tekun (premis mayor)
Sebagian siswa tidak belajar tekun (premis minor)
Sebagian siswa tidak pintar (premis
konklusif)
2)
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Siswa SMAN 1 Purworejo tidak
pernah menyontek(proposisi mayor)
Ain siswa SMAN 1 Purworejo (proposisi minor)
Ain tidak pernah menyontek (proposisi konklusi)
3) Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak bisa diambil kesimpulan. Contoh:
Beberapa siswa SMAN 1 Purworejo pemenang olimpiade sains internasional (premis 1)
Ain siswa SMAN 1 Purworejo (premis
2)
Kedua premis tersebut tidak dapat ditarik kesimpilan. Apabila ditarik
kesimpulan maka sifatnya tidak pasti (kemungkinan). Ain mungkin
pemenang olimpiade sains (konklusi)
4) Apabila kedua premis bersifat
negatif, maka tidak bisa diambil kesimpulan. Hal ini karena tidak ada mata
rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil
jika salah satu premisnya positif. Contoh:
Ain bukan siswa malas (premis 1)
Delina bukan siswa malas (premis 2)
Kedua premis tersebut tidak dapat ditarik kesimpulan.
5) Apabila term penengah dari suatu
premsi tidak tentu, maka tidak akan bisa diambil kesimpulan. Contoh:
Semua mamalia berkaki empat
Binatang ini berkaki empat
Binatang ini belum tentu mamalia, karena binatang berkaki empat belum tentu
mamalia.
6) Term-predikat dalam kesimpulan
harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten maka tidak dapat ditarik kesimpulan. Contoh:
Ain adalah perempuan (premis 1)
Delina bukan Ain (premis 2)
Tidak dapat ditarik kesimpulan karena jika dibuat konklusifnya maka Delina
bukan perempuan.
7) Term penengah harus bermakna
sama, baik premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Matahari termasuk bintang (mayor)
Ain adalah bintang kelas (minor)
8) Silogisme harus terdiri tiga
term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya.
Contoh:
Permen rasanya manis (premis
1)
Gula rasanya manis (premis
2)
Pare rasanya pahit (premis
3)
Jamu rasanya pahit (premis
4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis atau dugaan adalah argumen yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik.
Silogisme hipotesis merupakan suatu cara mengumukakan pendapat secara deduktif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada silogisme hipotesis:
1) Bila A (anteseden) terlaksana maka B (konsekuen) juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana.
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana.
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Macam-macam silogisme hipotesis:
1)
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagian anteseden.
Contoh:
Jika hari panas maka saya tidak keluar rumah. (mayor)
Hari panas. (minor)
Maka saya tidak keluar rumah. (konklusi)
2) Silogisme hipotesis yang
premis minornya mengakui bagian konsekuennya. Contoh:
Jika nilai
bahasa Ain bagus, orang tuanya bangga. (mayor)
Orang tua Ain
bangga. (minor)
Maka nilai
bahasa Ain bagus. (konklusi)
3) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari anteseden. Contoh:
Jika nilai Ain tidak baik, maka orang tuanya akan gelisah.
Nilai Ain baik.
Maka orang tua Ain tidak gelisah.
3. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah cara mengemukakan pendapat secara deduktif
dengan membuat pernyataan yang saling mengucilkan dan menyatakan jika satu
benar, maka yang lain salah.
Macam-macam silogisme disjungtif:
1)
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Ain gemuk atau kurus. (premis 1)
Ain gemuk. (premis 2)
Maka Ain tidak kurus. (konklusif)
2) Silogisme disjungtif dalam
arti luas, mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif. Contoh:
Ain kuliah di UI atau UGM. (premis 1)
Ain tidak kuliah di UGM. (premis 2)
Jadi Ain kuliah di UI. (konklusi)
4. Silogisme alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Anak
XII IPA 2 kuliah atau bermain.
Anak
XII IPA 2 kuliah.
Jadi,
anak XII IPA 2 tidak bermain.
ENTIMEM
Dalam
kehidupan sehari-hari, silogisme yang kita temukan berbentuk entimem, yaitu silogisme
yang salah satu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui. Dalam Wikipedia “entimem atau Enthymeme berasal dari
bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis
sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah,
tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian
dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah
"enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang
tidak lengkap dari bentuk selain silogisme. Menurut Aristoteles yang ditulis
dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme" adalah bertujuan untuk
pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan berpendapat sedangkan teknik
bertujuan untuk pada demonstrasi.” Pada dasarnya entimem adalah silogisme yang diperpendek.
Rumus:
C=B karena C=A
Contoh Entimem
Menipu adalah
dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat
di atas dapat dipenggal menjadi dua.
a.
Menipu adalah dosa.
b.
Karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat
a merupakan kesimpulan, kalimat b adalah premis minor (bersifat khusus) maka
silogisme dapat disusun :
Premis
mayor : ?
Premis minor : Menipu merugikan orang lain.
Kesimpulan : Menipu adalah dosa.
Dalam kalimat itu, yang
dihilangkan adalah premis mayor. Perlu diingat bahwa premis mayor bersifat
umum, jadi tidak mungkin subyeknya menipu. Kita dapat berpikir kembali dan
menentukan premis mayornya, yaitu perbuatan
yang merugikan orang lain adalah dosa.
Entimem juga dapat
dibuat dengan menghilangkan premis minornya. Misalnya, perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa, jadi menipu adalah
dosa.
Contoh lain :
Semua siswa SMAN 1 Purworejo masuk di universitas favorit yang mereka
impikan.(semua A=B)
Ain siswa SMAN 1 Purworejo (C=A)
Ain masuk universitas favorit. (C=B)
Bentuk entimemnya:
Ain masuk universitas favorit yang ia impikan karena ia
siswa SMAN 1 Purworejo. (C=B karena C=A)
RANTAI DEDUKSI
Penalaran yang deduktif dapat
berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah
silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme
yang tertuang dalam bentuk yang informal.
Contoh Rantai Deduksi
A.
Semua
plecing kangkung pedas rasanya. (hasil generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah plecing kangkung pedas.
Sebab itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka makanan ini.
Sebab itu saya tidak memakannya. (deduksi)
Kali ini saya diberi lagi plecing kangkung.
Sebab itu, plecing kangkung ini juga pasti pedas rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan makanan yang pedas rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah plecing kangkung pedas.
Sebab itu, saya tidak suka plecing kangkung ini. (deduksi)
Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka makanan ini.
Sebab itu saya tidak memakannya. (deduksi)
B. Semua jamu pahit rasanya. (hasil
generalisasi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
Kali ini saya diberi lagi jamu.
Sebab itu, jamu ini juga pasti pahit rasanya. (deduksi)
Saya tidak suka akan minuman yang pahit rasanya. (induksi: generlisasi)
Ini adalah jamu pahit.
Sebab itu, saya tidak suka jamu ini. (deduksi)
Saya tidak suka minum apa saja, yang tidak saya senangi (induksi:generalisasi)
Saya tidak suka minuman ini.
Sebab itu saya tidak meminumnya. (deduksi)
REFERENSI